Integral8.blogspot.com-Dalam satu studi, ditemukan deskripsi bahwa orang yang tidak bisa dipercaya lebih mewakili ateis daripada Kristen, Muslim, gay, feminis atau orang Yahudi.
Ketidakpercayaan (distrust) merupakan faktor pendorong utama di balik mengapa orang beragama tidak menyukai ateis, demikian menurut sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh para psikolog University of British Columbia.
“Di mana agama menjadi mayoritas – yaitu, di sebagian besar di dunia – ateis adalah salah satu yang paling sedikit dipercaya,” kata penulis utama Will Gervais, seorang mahasiswa doktoral di Departemen Psikologi UBC. “Dengan lebih dari setengah miliar ateis di seluruh dunia, prasangka ini memiliki potensi untuk mempengaruhi sejumlah besar orang.”
Sementara alasan di balik pertentangan terhadap ateis belum sepenuhnya dieksplorasi, penelitian ini – yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology – merupakan salah satu eksplorasi pertama pada proses psikologis sosial yang mendasari sentimen anti-ateis.
“Antipati ini mencolok, karena ateis bukan kelompok sosial yang terlihat jelas dan kuat,” kata Gervais, yang turut menulis penelitian dengan Profesor Asosiasi UBC, Ara Norenzayan dan Azim Shariff, dari University of Oregon.
Para peneliti melakukan serangkaian enam penelitian dengan 350 orang dewasa Amerika dan hampir 420 mahasiswa di Kanada, mengajukan sejumlah pertanyaan hipotetis dan skenario pada masing-masing kelompok. Dalam satu studi, ditemukan deskripsi bahwa orang yang tidak bisa dipercaya lebih mewakili ateis daripada Kristen, Muslim, gay, feminis atau orang Yahudi. Hanya pemerkosa yang tidak bisa dipercaya pada tingkat yang sebanding.
Para peneliti menyimpulkan bahwa ketidakpercayaan pemeluk agama itu merupakan motivator utama dari prasangka terhadap ateis, menambahkan bahwa studi ini menawarkan petunjuk penting tentang cara memerangi prasangka ini.
Salah satu motivasi penelitian ini berasal dari jajak pendapat Gallup yang menemukan bahwa hanya 45 persen responden Amerika yang akan memilih presiden ateis yang berkualitas, kata Norenzayan. Angka tersebut merupakan yang terendah di antara beberapa kandidat hipotetis minoritas. Responden jajak pendapat menilai ateis sebagai kelompok yang paling tidak setuju dengan visi mereka tentang Amerika, dan bahwa mereka sebagian besar akan tidak menyetujui anak-anak mereka menikah.
Perilaku keagamaan lainnya dapat memberikan isyarat-syarat sosial yang penting bagi orang-orang beragama, kata para peneliti. “Penampilan luar yang menyakini Tuhan dapat dipandang sebagai perwakilan dari orang yang bisa dipercaya, terutama oleh penganut agama yang berpikir bahwa orang akan berperilaku lebih baik jika mereka merasa diawasi Tuhan,” kata Norenzayan. “Sementara ateis mungkin memandang ketidakimanan mereka sendiri sebagai masalah pribadi pada hal-hal metafisis, orang beragama mungkin malah mempertimbangkan bahwa tidak adanya iman ateis tersebut merupakan ancaman publik pada kerjasama dan kejujuran.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar